Judul Buku: Nemesis
Penulis: Agatha Christie
Penerbit: Gramedia
Alihbahasa: Ny. Suwarni AS
Tebal Halaman: 399
Tahun Terbit: 1991, Cetakan
kedua
ISBN: 979-403-939-X
Miss Marple mendapat surat dari sahabat lamanya, Mr Rafiel. Pria itu menghibahkan kepada dirinya uang sebesar 20 ribu pound dengan syarat, Miss Marple membantu Rafiel memecahkan kasus pembunuhan. Anehnya, Rafiel tidak menjelaskan kasusnya.
Miss Jane Marple baru saja membaca di sebuah surat kabar tentang kematian
seseorang bernama Rafiel di rumahnya, St Mary Mead. Seminggu kemudian sepucuk
surat dari pengacara Rafiel, Broadribb and Schuster, memintanya datang ke
kantor pengacara tersebut. Atas perintah Rafiel, Marple akan memperoleh uang
warisan sejumlah uang dengan syarat Marple harus membantunya melakukan sesuatu
untuknya.
Marple bingung. Surat dari Rafiel tidak mengatakan kasus apa yang akan
ditanganinya. Beberapa hari kemudian, Marple mendapat surat dari Biro
perjalanan The Famouse Houses and Gardens of Great Britain. Biro
perjalanan ini adalah biro perjalanan yang mengatur para wisatawan untuk
mengunjungi bangunan-bangunan unik dan kebun-kebun indah di Inggris. Marple
merasa mendapat petunjuk. Tetapi tetap tidak mengetahui tujuan Rafiel.
Marple memulai penyelidikannya dengan berbicara dengan teman-teman
seperjalanan turnya, yaitu: Mrs Riseley-Porter, Miss Joanna Crawford, Kolonel
dan Mrs. Walker, Mr dan Mrs Butler, Miss Elizabeth Temple, Professor Wanstead,
Mr Richard Jameson, Miss Lumley, Miss Bentham, Mr Caspar, Miss Cooke, Miss
Barrow, dan Miss Emyn Price. Dari Miss Elizabeth Temple-lah, untuk pertama
kalinya Marple mendapat petunjuk. Elizabeth adalah mantan kepala sekolah khusus
wanita Fallowfield. Saat ia masih menjabat di sekolah itu, ia mengenal seorang
gadis yang akan menikah dengan anak Mr Rafiel. Pernikahan tersebut tak pernah
terlaksana sebab Sang Gadis meninggal. Elizabeth tak memberikan alasan yang
jelas tentang kematian gadis tersebut kecuali karena Cinta.
Saat peserta tur menginap di Hotel Golden Boar, Marple didatangi seorang
wanita. Wanita tersebut mengenalkan dirinya sebagai Lavinia Glynne. Glynne
adalah penduduk di sekitar daerah tersebut. Ia tinggal bersama dua saudara
perempuan lainnya di The Old Manor House bersama Clothilde Bradbury-Scott,
kakak tertua, dan Athea Bradburry-Scoot, adiknya. Glynne mengatakan bawah Mr
Rafiel menyuruh tiga orang kakak-beradik tersebut untuk mengunjungi The Old
Manor House.
Seorang pelayan di The Old Manor House, Janet, bercerita, bahwa Miss
Clothilde pernah mempunyai sahabat, pasangan suami-istri yang meninggal dalam
kecelakaan pesawat terbang di Spanyol. Sahabatnya tersebut meninggalkan seorang
putri bernama Verity Hunt. Clothilde mengajak gadis itu tinggal bersamanya dan
menganggap sebagai anaknya sendiri. Lalu suatu hari di saat umurnya yang ke-18,
Verinity diketemukan tewas di sebuah parit dekat semak-semak berjarak 45 Km
dari rumahnya. Tewas tercekik. Wajahnya dihancurkan. Konon, pembunuhnya adalah
pacarnya sendiri, Michael Rafiel, Putra dari J.B Rafiel. Michael Rafiel sendiri
terkenal bejat. Suka berganti-ganti wanita, menipu dan kejahatan-kejahatan
lainnya bahkan dicurigai membunuh Nora Broad, namun tak pernah dapat
dibuktikan, sehingga Clothilde jelas-jelas menolak hubungan Verity dan Michael.
Tahulah sekarang Marple akan tugasnya. Sudah jelas Marple harus membuktikan
bahwa Michael Rafiel tidak bersalah.
Cerita dari Elizabeth Temple dan Janet berhubungan. Marple menjadi
bertanya-tanya, kenapa Elizabeth mengatakan bahwa keikutannya di tur bukan
sekedar berwisata tapi berziarah. Tak ada jawaban yang memuaskan sampai suatu
ketika ada kecelakaan yang menimpa Elizabeth. Ketika Elizabeth berjalan-jalan
dengan peserta tur mengunjungi tugu peringatan Bonaventure. Sebuah batu besar
menggelinding dan menabrak Elizabeth Temple. Perawan tua tersebut tewas.
Setelah Misa pemakaman Elizabeth di gereja, Marple berkenalan dengan
Wakil Uskup Brabazon. Pria tersebut menceritakan perihal hubungan Michael
Rafiel dan Verity Hunter. Pasangan ini berniat untuk menikah diam-diam. Verity
meminta Brabazon untuk meresmikan pernikahan mereka. Namun di hari yang sudah
ditetapkan, pasangan tersebut tidak pernah datang. Brabazon menjadi kuatir
karena pasangan tersebut tidak memberitahukan apa-apa perihal ketidakdatangan
mereka. Beberapa hari kemudian barulah Brabazon mendengar bahwa telah terjadi
pembunuhan atas diri Verity Hunter. Ia dibuang di parit dalam keadaan wajah
yang sengaja dirusak. Michael Rafiel dicurigai sebagai pembunuhnya. Dia
diajukan ke pengadilan atas dua dakwaan. Pembunuhan terhadap Verity dan Nora
Broad. Terhadap Nora, tuduhan tersebut tidak terbukti. Apalagi mayat Nora tidak
pernah diketemukan. Dia dijebloskan ke penjara.
Miss Marple mulai merekonstruksi pembunuhan di kepalanya. Dia tidak
percaya Rafiel membunuh Verity. Bagaimana mungkin orang yang hendak menikah
begitu tega membunuh pasangannya. Fakta bahwa Clothilde Bradbury-Scott sangat
mencintai Verity dan tidak menyetujui Michael Rafiel yang terkenal berwatak buruk
memacari Verity menjadi pertimbangan Miss Marple. Tapi apakah mungkin Clothilde
membunuh Verity. Aneh, jika demikian. Sebab Clothilde sangat mencintai gadis
itu. Namun hal itu menjadi mungkin jika pembunuhan atas dasar sifat posesif
tersebut dilakukan tanpa menyakiti Verity. Dan pembunuhan macam apakah yang
tidak menyakiti? Obat tidur! Ini yang ada di pikiran Miss Marple. Pastilah
Clothilde memberi obat tidur dalam dosis tinggi kepada Verity. Lantas dimana
mayatnya? Apakah yang ditemukan di parit? Tidak mungkin! Perusakan wajah tak
akan dilakukan oleh Clothilde. Orang yang sangat mencintai tak akan berbuat
demikian. Bagaimana jika gadis yang diketemukan itu bukan Verity. Perlu
diketahui ada sebuah fakta yang mencurigakan. Mayat wanita yang diduga Verity memang
memakai baju Verity, tas tangan dan segala pernak pernik khas Verity. Tetapi
kenapa wajahnya dirusak? Bukankah seharusnya pernak-pernik tadi dilucuti atau
diganti dengan yang lain supaya orang tersebut tidak dikenali sebagai Verity.
Miss Marple menduga bahwa mayat yang diketemukan tersebut bukan Verity tetapi
Nora sehingga sangat mencurigakan jika Clothilde mengatakan bahwa itu Verity
saat Polisi membawa dia untuk mengenali mayat yang diketemukan. Tetapi masuk
akal jika Clothilde adalah pembunuh Nora sendiri.
Miss Marple menduga bahwa Verity tidak
pernah meninggalkan rumah Clothilde bersaudara. Perasaan ingin memiliki
pastilah yang membuatnya demikian. Lantas dimana mayat Verity? Miss Marple
mencurigai kalau Verity dikubur di bekas Green House milik mereka yang
dibiarkan terbengkalai. Dan diatas kuburnya, ditana tumbuhan Polygonum
baldschuanicum yang merambat dengan cepat menutupi tanah.
Review
Seperti biasa, Agatha Christie adalah salah satu
penulis buku favorit saya, karena sangat cerdas dalam membuat alur cerita yang
unpredictable. Setiap baca novel karya Agatha, endingnya selalu WOW. Nah untuk
review Novel yang berjudul Nemesis (Dewi Keadilan) jujur saya baru kenal sosok
Miss Marple, si tua-tua cerdik kalau saya bilang. Dia sangat cerdas membaca
keadaan sekalipun menemukan sedikit fakta, lemah tapi cerdik. Karena mempunyai
sifat kepo yang luar biasa akan hal-hal yang misterius. Awal baca novel ini
sebenernya kurang menarik perhatian saya karena kurang menarik alurnya, dan
tidak saya teruskan untuk membaca. Namun, setelah masuk di pertengahan cerita,
saya terkagum kagum dengan cara berfikir Miss marple yang mampu membaca situasi
dan fakta yang ada. Tokoh Miss marple ini menurut saya lebih keren daripada
tokoh Sherlock holmes, meskipun 22nya keren, namun menurt saya lebih keren miss
marple deh, dia lemah, dia tua, tidak menikah, hidup sendiri. Namun dapat
membongkar kejahatan dengan baik.
Referensi :
https://octacintabuku.wordpress.com/2014/05/04/nemesis/